Minggu, 02 Maret 2008

Juventus really like la vecchia signora

Rapuh dan penakut. Itulah kata yang tepat untuk mengungkapkan permainan Si Nyonya Tua kala menjamu La Viola. Skor 2-3 cukup menggambarkan rapuhnya organisasi permainan Sang Nyonya.

Skor 1-1 di babak pertama dirasa masih cukup adil. Rapuh dan cerobohnya lini belakang yang malam itu dihuni duet Legrotaglie dan Grygera berhasil dimanfaatkan Gobbi untuk mengoyak gawang Buffon. Beruntung Sissoko berhasil membalas bebrapa menit kemudian melalui tendangan salto yang diawalai dari srangan sisi sayap.

Permainan Juventus di babak I tidaklah istimewa. Pinpoint pass dimainkan tanpa kombinasi pergerakan pmain terlihat sprti prmainan tim penakut yang tidak mnginginkan kemenangan. La Viola justru trlihat lbih matang, di tengah trio Montolivo, Kuzmanovic, Donadel tetap prcaya diri berduel. Di depan, trio pnyerangnya juga siap dngan cepat menyambut bola. Meskipun lebih sdikit menguasai bola, La Viola justru lebih efektif dalam menyerang.

Di babak kedua Juventus justru berhasil unggul melalui Camoransi yang memanfaatkan bola silang dari Molinaro. Gol yang kembali bermula dari serangan sayap. Tetapi setelah itu, permainan Juventus justru mmburuk. Bukannya smakin percaya diri dalam memainkan bola, tapi malah ingin cepat2 membuangnya ke depan. Pinpoint pas yang dimainkan pada babak I trus saja dimainkan. Cukup efektif untuk menghindari pressing dari pemain2 Fiorentina, tetapi tidak efektif untuk mmbangun permainan yang dibutuhkan oleh tim yang sedang unggul. Sama sekali tidak ada bola matang yang didapat oleh duet Alex-Trezegol.

Organisasi permainan yang lemah membuat Juventus tidak terlihat menakutkan musim ini. Menumpuknya gelandang tengah tetapi minim kreator serangan membuat permainan Juventus musim ini jadi tidak stabil. Tercatat hanya Nedved-yg sudah cukup veteran-dan Camoranesi-pemain yang sudah bergabung sejak era Lippi-yang memiliki visi menyerang cukup baik. Mungkin ada Palladino-tetapi masih minim jam terbang dan pengalaman bertarung di Serie A. Bandingkan dengan tumpukan pemain bertipe gelandang tengah murni atau cenderung bertahan yang dimiliki Juventus-Nocerino, Almiron (saya sering menyebutnya Ali Imron), Tiago, C. Zanetti, Sissoko-adalah stok pemain yang cukup untuk bermain dalam 3 kompetisi sekaligus. Di belakang, Ranieri justru merekrut pemain2 luar Italia yg notabene membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Andrade dan Grygera adalah pemain yang berada pada usia matang, tetapi mereka tetap butuh adaptasi terhadap gaya Italia-gaya yang menurut saya adalah yang tersulit untuk dimainkan. Bahkan Grygera belum pernah terlihat bermain layaknya seorang mantan kapten tim sebesar Ajax. Ranieri memang sukses membangun pondasi yang kokoh bagi Chelsea-pondasi yang kemudian membawa banyak kemudahan bagi Mourinho. Tapi ingat, Ranieri tidak membawa Chelsa menjadi juara. Ranieri juga berhasil mnyelamatkan Parma dari jurang degradasi, tetapi Juventus butuh lebih dari itu. Saya tiba terbayang pada sosok Mourinho, mungkin saja gayanya cocok. Lagi2 untuk melanjutkan pondasi yang sudah dibangun Ranieri.

Tidak ada komentar: